Keterbatasan manusia
adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik
dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia. Manusia mampu
membuat pesawat dengan teknologi yang sangat tinggi, namun tetap saja ada
kerusakan yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat apapun, manusia
tetap memiliki keterbatasan. Namun dengan keterbatasan yang dimiliki bukanlah
sebuah halangan ataupun alasan bagi manusia untuk berkarya.
1.
Memori.
Secara etimologi (asal kata), memori adalah keberadaan
akan pengalaman masa lampau yang hidup kembali, catatan yang berisi penjelasan,
alat di komputer yang dapat menyimpan dan merekam informasi. Memori juga
berarti ingatan yang mempunyai arti lebih luas yaitu:
- Apa yang diingat, yang terbayang
di pikiran sepanjang ingatan.
- Alat atau daya batin untuk
mengingat atau menyimpan sesuatu yang pernah diketahui (dipahami atau
dipelajari).
- Pikiran, dalam arti angan-angan,
kesadaran.
- Apa yang terbit di hati, seperti
niat atau cita-cita.
Gros dan CO
mengatakan: “Kapasitas neuropsikologi dari otak manusia untuk memproses dan
merekam informasi dapat merupakan faktor pembatas yang dominan untuk
pertumbuhan keseluruhan informasi yang tersimpan secara global, dengan
kenyataan kendala ekonomi hanya memiliki pengaruh yang diabaikan.” Dengan kata
lain, informasi global tidak dapat tumbuh lebih cepat daripada kemampuan kita
untuk menyerap atau memonitor itu.
Hal ini masuk akal
dan menimbulkan beberapa opsi yang menarik untuk penelitian masa depan.
Misalnya, akan menarik untuk melihat bagaimana kecerdasan mesin bisa mengubah
persamaan ini. Sangat mungkin bahwa mesin dapat dirancang untuk mendistorsi
hubungan kita dengan informasi.
John von Neumann di Universitas Yale tahun
1956 pernah memperkirakan kapasitas otak manusia sebesar tiga puluh lima
exabyte (satu exa=seribu peta=sejuta tera=semiliar giga). Prof Ralph Merkle
dari Georgia Tech mengusulkan melakukan eksperimen langsung yang mencatat
kapasitas otak secara langsung. Ia mengambil beberapa hasil studi sebelumnya, dan
melakukan kalkulasi ulang. Hasilnya mengesankan sekali. Kapasitas memori
kita diperkirakan hanya sekitar 200 megabyte. Otak kita sangat istimewa karena
dia tak melakukan processing dan penyimpan seperti komputer. Otak mampu
melakukan pengelolaan sumber daya memori yang luar biasa sehingga dengan
kapasitas sekian, ia mampu menyimpan dan mengolah informasi jauh lebih handal
daripada komputer.
Menurut MIT Technology Review telah
muncul bukti bahwa kapasitas otak untuk menyerap informasi membatasi
jumlah data yang dapat dihasilkan manusia:
2.
Persepsi dan Representasi
Persepsi
dalam psikologi diartikan
sebagai salah satu perangkat
psikologis yang menandai kemampuan
seseorang untuk mengenal dan
memaknakan sesuatu objek yang ada di
lingkungannya. Menurut Scheerer persepsi adalah representasi
fenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian
dari objek distal itu
sendiri, medium dan rangsangan proksinal
(Salam, 1994).
Dalam persepsi
dibutuhkan objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan
syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran (proses
psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu
itu dapat mengalami persepsi (proses psikologis).
Proses pemaknaan
persepsi yang bersifat psikologis sangat dipengaruhi oleh pengalaman,
pendidikan dan lingkungan sosial secara umum.
Sarwono (1993) mengemukakan bahwa persepsi juga dipengaruhi oleh
pengalaman- pengalaman dan cara berpikir serta
keadaan perasaan atau minat tiap-tiap
orang. Sehingga persepsi seringkali dipandang
bersifat subjektif. Karena itu tidak mengherankan jika
seringkali terjadi perbedaan paham yang disebabkan oleh perbedaan persepsi
antara 2 orang terhadap 1 objek. Persepsi tidak sekedar pengenalan atau
pemahaman, tetapi juga evaluasi bahkan persepsi juga bersifat inferensional (menarik kesimpulan).
Kekeliruan atau
perbedaan persepsi ini dapat membawa macam- macam akibat dalam hubungan antar
manusia. Persepsi sosial berhubungan dengan adanya rangsangan-rangsangan
sosial. Rangsangan- rangsangan sosial ini dapat mencakup banyak hal, dapat
terdiri dari (a) orang atau orang-orang berikut ciri-ciri, kualitas, sikap dan
perilakunya, (b) persitiwa-peristiwa sosial dalam pengertian
peristiwa-peristiwa yang melibatkan orang-orang, secara langsung maupun
tidak langsung, norma-norma, dan lain-lain.
Penelitian
lain menunjukkan bahwa proses persepsi juga dipengaruhi
oleh pengalaman belajar dari masa lalu,
harapan dan preferensi (Bartol & Bartol,
1994). Terkait dengan persepsi sosial, Istiqomah menyebutkan ada 3
hal yang mempengaruhi, yakni;
Pertama, variabel
obyek-stimulus. Kedua, variabel
latar atau suasana pengiring keberadaan obyek-stimulus. Ketiga, variabel diri preseptor
(pengalaman, intelegensia, kemampuan menghayati stimuli, ingatan, disposisi
kepribadian, sikap, kecemasan, dan pengharapan).
Representasi
sosial merupakan asusumsi dasar pengetahuan kita tentang dunia untuk
berpartisipasi dalam proses intersaksi sosial. Ini merupakan pandangan sosial
untuk mempertahankan identitasnya dari gempuran dari luar. Dalam
pandangan Moscovici (1973), representasi sosial
merupakan system kognitif, logika dan bahasa. Seperti di kutip oleh
Shikha Dixit58 berikut;
. . . social
representations are cognitive systems with a logic and language of
their own and a pattern of implications, relevant to both values
and concepts, and with a characterstic kind of discourse. They do not
represent simply “opinions about”, “images of ” or “attitudes towards” but
“theories” or “branches of knowledge” in their own right, for the
discovery and organization of reality.59
Barker (2000),
memahami bahwa, representasi mengandung makna pelibatan (inklusi) dan penyingkiran (ekslusi). Eksklusi dan inklusi selalu terkandung dalam
proses kuasa. Pemahaman singkat yang
diajukan oleh Chris Barker di atas sebenarnya memiliki uraian
yang cukup panjang dalam konteks kajian budaya. Pola-pola representasi
tidak serta merta berhubungan erat dengan rajutan dua identitas
kebudayaan atau lebih yang membentuk pergumulan bersama,
akan tetapi juga berkaitan
erat dengan proses pembentukan sterotype.
Menurut Dyer (dalam Barker 2000) stereotipe adalah pemberian ciri negatif
terhadap orang-orang yang berbeda dengan diri kita.
Teori representasi
ini, oleh peneliti ditempatkan bukan dalam konteks cara kerja
kekuasaan selama ini membentuk identitas.
Namun representasi dalam konteks penelitian ini adalah untuk
mengetahui cara kerja kebudayaan komunitas Tengger memunculkan
identitasnya, dan tentu saja cara kerjanya berbeda dengan formasi
diskursif yang salama ini dihadirkan oleh kekuasaan.
Sebagaimana yang
disampaikan oleh Andrew Edgar dan Peter Sedgwick “Key Concept in
Cultural Theory” bahwa
representasi juga berkaitan erat dengan pola pola perjuangan dalam
mengusung nilai-nilai keterwakilan, pelembagaan politik, serta tekanan-tekanan
politik. Dia juga memahami bahwa, representasi juga berhubungan erat dengan
pembentukan ‘konstitusi politik’ melalui proses- proses politik.
Proses-proses politik itu sendiri berkenaan
dengan diskursus seputar ras dan etnisitas.
Karena
representasi tercipta dari
proses-proses politik, maka
representasi kebudayaan sebenarnya sangat terkait dengan modus kerja kekuasaan.
Representasi bisa dilihat sebagai proses yang
sengaja diciptakan untuk menandai kehadiran identitas yang lain, tetapi
juga simbol dominasi kelompok yang mencipta.
3.
Atensi
Atensi atau
perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari
sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun
proseskognitif lainnya.
Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang
terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu.
Sumberdaya mental manusia yang terbatas untuk memroses
suatu rangsang membutuhkan bantuan untuk mempercepat waktu reaksi. Mengarahkan pada suatu informasi tertentu
akan mempercepat proses mental mengolah suatu rangsang. Misalnya dalam
mengemudi, atensi yang mengarahkan pengemudi pada situasi jalan raya akan
mempercepat reaksinya menginjak pedal rem jika menghadapi situasi membahayakan.
Atensi juga terpengaruh oleh perbedaan usia, terutama pada masa anak.
Groover
menyebutkan bahwa faktor yang memengaruhi persepsi dan ingatan adalah perhatian
(attention). Perhatian merupakan aktivitas menjaga sesuatu tetap dalam pikiran
yang membutuhkan kerja mental dan konsentrasi. Terdapat 5 jenis perhatian,
yaitu:
1. Perhatian
selektif (Selective Attention)
Perhatian
selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber
informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber
informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang
memengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai.
Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi
dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang
paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber
informasi yang paling penting.
2. Perhatian terfokus (Focused Attention)
Perhatian
terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input namun
harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima
informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh
gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus
adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima
informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung
di depannya.
3. Perhatian terbagi (Divided Attention)
Perhatian
terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari
berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.
4. Perhatian yang
terus menerus (Sustained Attention)
Perhatian
terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau
sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat
penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.
5. Kurang perhatian (Lack of Attention)
Kurang
perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi
terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan
kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang perhatian
adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh,
lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi
rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.
Atensi dapat merupakan
proses sadar maupun tidak sadar.
·
Proses otomatis tidak melibatkan kesadaran,
misalkan mengarahkan pandangan pada rangsang yang menarik secara kognisi.
Memperhatikan secara otomatis dilakukan tanpa bermaksud untuk memperhatikan
suatu hal. Perhatian terhadap suatu hal atau tindakan dapat dibentuk sehingga
menjadi otomatis (otomatisasi) melalui latihan dan frekuensi melakukan tindakan
tersebut.
·
Proses terkendali
biasanya dikendalikan oleh kesadaran, bahkan membutuhkan kesadaran untuk dapat
mengarahkan atensi secara terkendali. Biasanya proses terkendali membutuhkan
waktu lebih lama untuk dilakukan, karena dilakukan secara bertahap.
Proses pembiasaan
terhadap suatu hal selain membentuk proses otomatisasi, namun juga membentuk habituasi yang justru menyebabkan atensi menjadi
berkurang pada hal-hal berkaitan yang tidak menjadi fokus dari pembiasaan.
Penginput data di komputer lebih memperhatikan poin informasi yang biasa
diinputnya, namun kadang-kadang luput membaca informasi yang
berbeda dari biasanya. Proses pembiasaan tidak hanya menjalankan tugas atensi,
namun juga tugas-tugas lainnya seperti motorik, mengingat dan
lain-lain.
4 komentar:
makasi eka ...
izin copy n share .. :D
samo-samo aldooo :D
Tapakai bana postingan eka yg iko untuk referensi soal PraUas TP..
Terima kasih Eka,sangat membantu >:o
hihiii, makasi willy ^.^
Posting Komentar